Konflik berasal dari kata kerja Latinconfigere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatuinteraksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik organisasi secara umum ada dua macam. Pertama konflik eksternal, yakni bekaitan dengan hubungan organisasi dan lingkunganya. Kedua adalah konflik internal, yakni permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam organisasi. Beberapa ahli organisasi berpendapat bahwa konflik internal meliputi konflik yang terjadi di dalam diri individu, konflik antar individu yang dipimpin, konflik antara individu yang dipimpin dan organisasi, konflik antara pemimpin dan yang dipimpin, serta konflik antara pemimpin dengan organisasi (Winardi, 2007).
Porsi terbesar yang dapat memicu
potensi rapuhnya organisasi adalah konflik yang melibatkan pimpinan di
dalamnya. Ini adalah sesuatu yang lumrah mengingat pemimpin adalah tonggak
ujung organisasi. Pemimpin yang mempunyai tanggung jawab menjaga keluwesan
organisasi dalam menghadapi konflik. Pandangan ahli organisasi pada zaman dulu
menganggap bahwa konflik adalah ancaman yang mengandung resiko. Namun seiring
dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, manajemen konflik menjadi
wacana baru. Salah satu contoh riil berkaitan dengan konflik internal adalah
konflik antar golongan yang menimpa umat muslim akhir-akhir ini.
Terlepas dari semua perbedaan
pendapat dan perdebatan dalam menghadapi masalah itu, seolah-olah justru visi
islam yang diturunkan Allah SWT sebagaiRahmatallil’alamin terbiaskan.
Sehingga alangkah baiknya jika merujuk kembali ke Al Qur’an surat Asy Syura
ayat 38 yang menyebutkan bahwa permasalahan antar manusia diselesaikan dengan
permusyawaratan. Meski tidak semua hal dapat diselesaikan dengan cara
musyarwarah. Allah SWT juga berfirman untuk mendamaikan semua pihak yang
bertikai jika terjadi konflik (Al Hujurat ayat 9). Langkah serupa juga
selayaknya diterapkan di semua organisasi agar jalan tengah konflik dapat
dicapai.
Konflik
merupakan dampak dari kepentingan, baik kepentingan individu yang dipimpin
maupun pemimpin. Disadari atau tidak, ketika bergabung dalam sebuah organisasi,
setiap individu mempunyai kepentingan tertentu yang ingin dicapai pada saat
bergabung dengan organisasi. Disamping bahwa ada kepentingan organisasi, yakni
visi, yang harus sejalan dan selaras dengan pemikiran individu yang bergabung
dengan organisasi. Kepentingan merupakan salah satu faktor dominan yang menjadi
akar pemicu konflik.
Misalnya
dalam sebuah organisasi kampus, setiap individu yang bergabung mempunyai
angan-angan tertentu yang ingin diraihnya. Dan ketika angan-angan dan harapan
tersebut perlahan-lahan hilang, maka individu yang bersangkutan akan surut
semangatnya di organisasi itu. Konflik juga bersinggungan dengan peran. Peran
yang dijalani setiap individu (baik pemimpin maupun yang dipimpin) bisa saja
bertentangan dengan keinginan pribadi yang bersangkutan.
Pendekatan Dalam Manajemen Konflik
1. Stimulasi Konflik
- Peningkatan persaingan antar individu dan kelompok
- Pelibatan pihak eksternal ke dalam bagian dimana konflik terjadi
- Perubahan aturan main atau prosedur yang ada
2. Pengendalian Konflik
- Perluasan penggunaan sumber daya organisasi
- Peningkatan Kordinasi dalam organisasi
- Penentuan tujuan bersama yang dapat mempertemukan berbagai pihak yang terlibat dalam konflik
- Mempertemukan perilaku dan kebiasaan kerja dari para pegawai
3. Penyelesaian dan Penghilangan Konflik
- Penghindaran Konflik dengan jalan penghindaran sumber-sumber konflik
- Intervensi terhadap pihak-pihak yang terlibat konflik untuk melakukan kompromi
- Mengakomodasi keinginan pihak-pihak yang terlibat konflik dalam suatu forum penyelesaian konflik.
Terjadinya Konflik Dalam Organisasi
Organisasi
merupakan kumpulan dari beberapa orang bahwa kelompok semua orang atau kelompok
dalam sebuah organisasi sudah pasti memiliki tujuan dan pandangan masing-masing
dari kerjanya dalam organisasi. Mereka bersaing untuk mencapai kepentingannya
masing-masing dalam organisasi tersebut. Hal ini juga ditandai dengan perbedaan
yang ada mengenai segala macam sifat daam anggota organisasi.
Perbedaan-perbedaan yang ada akan menimbulkan perselisihan paham antara para anggota organisasi. Perselisihan paham ini dinamakan konflik. Konflik ini bisa muncul secara terus menerus apabila manajer dalam organisasi tersebut tidak bisa menciptakan situasi sepaham dalam semua anggota organisasi.
Perbedaan-perbedaan yang ada akan menimbulkan perselisihan paham antara para anggota organisasi. Perselisihan paham ini dinamakan konflik. Konflik ini bisa muncul secara terus menerus apabila manajer dalam organisasi tersebut tidak bisa menciptakan situasi sepaham dalam semua anggota organisasi.
Konflik
tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi karena disebabkan oleh
perbedaan-perbedaan yang datangnya dari dalam sifat manusia. Sifat manusia ini
bukanlah hal yang dengan mudah bisa diubah.
Munculnya
konflik dalam sebuah organisasi tidak selalu bersifat negatif. Konflik bisa
dijadikan alasan untuk mengadakan perubahan dalam keorganisasian. Perubahan ini
dapat terjadi apabila manajer mengadakan evaluasi terhadap perbedaan pandangan
antar elemen-elemen organisasi. Evaluasi ini bisa menimbulkan berbagai
kesimpulan dan ditemukannya cara-cara baru untuk memecahkan masalah-masalah
yang timbul akibat dari konflik yang terjadi. Penemuan cara-cara baru ini dapat
memperbaiki pengambilan keputusan. Apabila konflik yang ada bisa dikembangkan
menjadi hal tadi maka munculnya konflik bisa berdampak positif terhadap
organisasi.
Akan
tetapi, apabila munculnya konflik menyebabkan adanya diskusi-diskusi panjang
tanpa menemukan kata sepakat antara para anggota organisasi dan tidak adanya
prioritas-prioritas keorganisasian maka konflik berdampak negatif terhadap
organisasi. Hal ini bisa menyebabkan organisasi dalam keadaan terpuruk dan
penghambatan dalam pengambilan keputusan aktual. Oleh karena itu dalam suatu
organisasi harusnya tidak memiliki perbedaan persepsi, perbedaan cara
merealisasikan tujuan, perbedaan kepentingan, suatu pihak melakukan sabotase
terhadap yang lain serta sumber-sumber yang terbatas adanya. Sebagai kita
mengetahui bahwa setiap makhluk memiliki sikap dan pikiran yang berbeda atau
anti-konflik. Amupun seperti itu dari semua konflik yang terjadi akan
menghasilkan suatu keputusan yang diinginkan.
Oleh karena hal-hal yang diatas, solusi awalnya itu setiap organisasi harus memiliki manajer yang terampil dan profesional. Para manajer harus mampu mengenali situasi-situasi yang mengarah pada konflik. Para manajer juga harus bisa menjadikan konflik di dalam organisasi ini yang sudah terlanjur muncul menjadi berdampak positif pada organisasi dan karyawan. Sehingga pada akhirnya tercapainya tujuan-tujuan organisasi menjadi prioritas.
Oleh karena hal-hal yang diatas, solusi awalnya itu setiap organisasi harus memiliki manajer yang terampil dan profesional. Para manajer harus mampu mengenali situasi-situasi yang mengarah pada konflik. Para manajer juga harus bisa menjadikan konflik di dalam organisasi ini yang sudah terlanjur muncul menjadi berdampak positif pada organisasi dan karyawan. Sehingga pada akhirnya tercapainya tujuan-tujuan organisasi menjadi prioritas.
Jadi
konflik itu hanya berawal jika dalm organisasi itu akna mengambil suatu
keputusan, tapi keputusan itu tidak semua harapkan oleh para karyawan. Maka
akan terjadi suatu perdebatan yang sangat rumit, jika sudah terjadi ini solusi
yang harus diambil adalah manajer karena dia yang memiliki wewenang di dalam
organisasi tersebut.
Konflik
ada berbagai macam jenis, yaitu:
Konflik
presepsi dan emosi
Langkah pertama dalam proses konflik adalah adanya kondisi yang menunjukkan sumber konflik yang mengarahkan kepada salah satu atau kedua belah pihak untuk merasakan adanya konflik. Konflik harus dirasakan oleh pihak-pihak terkait, ada tidaknya konflik merupakan masalah persepsi. Oleh karena itu satu pihak atau lebih harus sadar akan adanya konflik. Untuk mengetahui apakah konflik tersebut termasuk konflik persepsi dan emosi dapat dilihat dari konflik terkait dengan tugas (task related) dan konflik sosioemosional (socioemotional conflict). Dengan demikian langkah pertama proses konflik adalah adanya konflik yang dipersepsikan sebagai suatu kesadaran terhadap eksistensi konflik bukan konflik yang dirasakan secara emosional.
Langkah pertama dalam proses konflik adalah adanya kondisi yang menunjukkan sumber konflik yang mengarahkan kepada salah satu atau kedua belah pihak untuk merasakan adanya konflik. Konflik harus dirasakan oleh pihak-pihak terkait, ada tidaknya konflik merupakan masalah persepsi. Oleh karena itu satu pihak atau lebih harus sadar akan adanya konflik. Untuk mengetahui apakah konflik tersebut termasuk konflik persepsi dan emosi dapat dilihat dari konflik terkait dengan tugas (task related) dan konflik sosioemosional (socioemotional conflict). Dengan demikian langkah pertama proses konflik adalah adanya konflik yang dipersepsikan sebagai suatu kesadaran terhadap eksistensi konflik bukan konflik yang dirasakan secara emosional.
Manifes
konflik
Manifes konflik terjadi ketika konflik persepsi dan emosi dapat dilihat dalam keputusan dan prilaku yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak lain. Manifes konflik juga dapat dinyatakan melalui gayamasing-masing dalam memecahkan suatu konflik, seperti seseorang mencoba untuk mengalahkan yang lain atau menemukan suatu solusi yang menguntungkannya. Jadi prilaku merupakan manifes konflik, karena disinilah konflik itu tampak nyata. Prilaku mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik.
Manifes konflik terjadi ketika konflik persepsi dan emosi dapat dilihat dalam keputusan dan prilaku yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak lain. Manifes konflik juga dapat dinyatakan melalui gayamasing-masing dalam memecahkan suatu konflik, seperti seseorang mencoba untuk mengalahkan yang lain atau menemukan suatu solusi yang menguntungkannya. Jadi prilaku merupakan manifes konflik, karena disinilah konflik itu tampak nyata. Prilaku mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik.
Prilaku
konflik ini biasanya secara terang-terangan berupaya untuk melaksanakan keputusan
dalam suatu cara tertentu. Suatu proses dinamis dari interaksi. Dalam manifes
konflik terdapat siklus peningkatan konflik, adanya hubungan timbal balik
antara konflik presepsi dan emosi dengan konflik manifes. Hubungan timbal balik
tersebut merupakan rangkaian peristiwa yang datang secara bersamaan kedalam
suatu siklus. Untuk itu suatu kesalahan dan tindakan yang kurang bijak apabila
tidak memahami siklus peningkatan konflik.
Siklus konflik diawali dengan prilaku yang dikomunikasikan kepada pihak lain dengan cara menciptakan suatu persepsi konflik, sekalipun pihak yang pertama tidak mempunyai naluri untuk menunjukan konflik, pihak kedua boleh menciptakan persepsi konflik itu.
Siklus konflik diawali dengan prilaku yang dikomunikasikan kepada pihak lain dengan cara menciptakan suatu persepsi konflik, sekalipun pihak yang pertama tidak mempunyai naluri untuk menunjukan konflik, pihak kedua boleh menciptakan persepsi konflik itu.
Hasil
konflik (Outcames conflict)
Jalinan aksi reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuensi. Hasil ini dapat positif dalam arti konflik itu menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok dalam hal pengambilan keputusan dan kepaduan. Atau menghasilkan negatif dalam arti merintangi kinerja organisasi yang ditandai dengan adanya pergantian, situasi politik dan stres.
Jalinan aksi reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuensi. Hasil ini dapat positif dalam arti konflik itu menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok dalam hal pengambilan keputusan dan kepaduan. Atau menghasilkan negatif dalam arti merintangi kinerja organisasi yang ditandai dengan adanya pergantian, situasi politik dan stres.
Peran
Mediator dalam suatu Organisasi dipegang oleh sang pemimpin organisasi.
Pemimpin organisasi selaku mediator seharusnya lebih netral dan tidak berpihak
pada anggota yang berkonflik sehingga bisa menjadi penengah dan juga agar
masalah dalam konflik tersebut dapat terselesaikan tanpa kendala yang berarti.
Metode
seorang Mediator untuk mengatasi konflik anggotanya dalan suatu organisasi:
Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama. Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama. Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Konflik Dalam Organisasi
Konflik tak selamanya buruk. Ada tiga tipe konflik dalam organisasi, yaitu:
1.
Konflik tugas/task conflict, berkenaan dengan
konten/isi dan tujuan dari pekerjaan,
2.
Konflik hubungan/relationship conflict,
berkenaan dengan hubungan interpersonal,
3.
Konflik proses/process conflict, berkenaan
dengan bagaimana pekerjaan diselesaikan
Konflik akan menjadi kontruktif (membangun) bila konflik
tersebut mampu:
1.
meningkatkan kualitas keputusan,
2.
merangsang kreatifitas/inovasi,
3.
membangkitkan minat,
4.
membangkitkan rasa saling memperhatikan antar kelompok
dalam organisasi,
5.
menghasilkan mediasi atas problem yang terjadi dengan
cara-cara yang segar,
6.
membantu pengembangan evaluasi diri,
7.
membuat perubahan yang baik
Banyak orang mengira bahwa konflik terjadi
karena buruknya komunikasi.Kebanyakan, sumber konflik sebenarnya
bukanlah komunikasi.
Dalam konteks pekerjaan dalam sebuah
organisasi, konflik tak dapat dihindari. Mengapa? Sebab begitu organisasi
dilahirkan, hal-hal berikut ini pun otomatis terbentuk:
1. ada
struktur organisasi. Hirarki organisasi menghasilkan perbedaan stuktural.
Hubungan antar atasan-bawahan, jika tak dikelola dengan baik akan menghasilkan
konflik,
2. ada
perbedaan-perbedaan secara personal,
3. ada
deskripsi pekerjaan yang berbeda,
4. ada
kelompok-kelompok kerja khusus,
5. ada
batasan-batasan kekuasaan hokum,
6. ada
hubungan kewenangan
Semua itu membutuhkan koordinasi.
Pernahkan Anda tidak menyukai seseorang?
Kebanyakan dari pendapatnya tidak Anda sukai. Tampilan, cara bicara, tawa dan
apapun, tidak Anda sukai. Sering kita dipertemukan dan
harus bekerjasama dengan orang macam itu dalam organisasi, orang-orang yang
memiliki nilai dan personalitas yang berbenturan dengan nilai-nilai dan
personalitas/kepribadian kita.
Perbedaan-perbedaan seperti usia, gender,
ras, jenis kelamin, orientasi seks, dan etnis tidak dapat dimusnahkan dari
organisasi. Inilah sebabnya, pengelolaan
konflik menjadi penting. Pemimpin yang baik, mereka dapat mengelola konflik
yang ditimbulkan oleh perbedaan-perbedaan tersebut.
Jadi bagaimana?
Bila Anda harus mengelola konflik, maka perhatikan sumber konflik. Lebih banyak
konflik bersumber dari tekanan tuntutan pekerjaan,
perbedaan nilai-nilai dan kepribadian disbanding dari buruknya komunikasi.
Riset membuktikan bahwa komunikasi hanya
efektif hingga titik tertentu. Terlalu banyak komunikasi (overcommunicate) malah berdampak buruk. Terlalu banyak atau terlalu sedikit informasi dapat menjadi
sumber konflik.
0 komentar:
Posting Komentar